one heart one soul.

Rabu, 20 Oktober 2010

Aremania

Aremania Tolak Bayar Uang Muka

Begitu draft distribusi tiket Arema tahun 2010-2011 disosialisakan, manajemen Arema langsung mendapatkan protes dari sekelompok perwakilan Aremania. Pada intinya, mereka menolak adanya perubahan mekanisme distribusi tiket Arema.
Khususnya menyangkut proses pembayaran tiket, Aremania mengaku keberatan jika harus membayar uang muka atau DP (down payment) sebesar 25 persen dari total harga tiket yang dipesan oleh masing-masing korwil Aremania.
Sedikitnya 10 orang Aremania yang datang ke kantor Aremania untuk melakukan dialog dengan panpel Arema. Mereka ditemui Ketua Panpel Arema, Abriadi Muhara, Sekretaris Panpel, Tony Praptono dan Manajer Media Officer Arema, Sudarmaji.
Pada dialog tersebut, Aremania mempertanyakan adanya kebijakan pembayaran uang dimuka tersebut. ‘’Kenapa belum ada kesepakatan dengan Aremania, sudah ada di media,’’ ungkap Tembel, Aremania korwil stasiun.
Menurut Tembel, dari pertemuan pertama, sebelum draft distribusi tersebut dirilis, panpel berencana untuk kembali mengajak Aremania untuk berdialog. Namun rupanya, belum sempat ada pertemuan lagi, draft tersebut sudah diusulkan pada manajemen.
‘’Kita kaget dengan adanya draft tersebut, dan kita keberatan dengan aturan yang baru ini. Kita minta diterapkan seperti yang lama, karena kalau kondisi seperti ini, Aremania bisa tidak nonton,’’ sebut Gembos, Aremania korwil Pujon.
‘’Kita mau pesan tiket Arema, tapi tidak pakai DP. Kita tidak bisa menerima keputusan ini,’’ imbuh Reri, Aremania korwil Tumpang yang bersikukuh pembayaran uang muka itu hanya memberatkan korwil-korwil Aremania.
‘’Terus kita keberatan kalau harus bayar DP, karena dari segi geografis, kita tidak mungkin mengumpulkan uang dari anggota, sementara jarak mereka jauh-jauh,’’ yakin Samsul, Aremania korwil Poncokusumo.
Sementara Abriadi dalam penjelasannya meyakinkan bahwa rencana uang muka sebesar 25 persen itu baru sebatas draft yang tengah diusulkan pada manajemen Arema, dalam hal ini kepada Direktur PT Arema Indonesia, Muhammadf Nur.
‘’Ini baru berupa draft yang kita sampaikan ke manajemen dan usulan dari Aremania ini juga akan kita sampaikan sebagai pertimbangan,’’ terang Abriadi mengakui selama ini sebenarnya tidak ada permasalahan dengan pembayaran Aremania.
‘’Konsentrasi kita adalah untuk membrantas calo, dan kita harus sepakat bahwa calo adalah musuh bersama. Saya yakin korwil punya anggota, dan kita minta korwil sebutkan anggotanya, agar tidak ada tiket yang dijual lagi,’’ lanjutnya.
Menurut Abriadi, DP sebesar 25 persen itu sebenarnya dalam batas wajar untuk memberi keyakinan pada panpel bahwa korwil punya anggota. Sehingga dalam pemesanan tiket, disesuaikan dengan jumlah anggota mereka.
‘’Saya prihatin dengan banyaknya tiket yang beredar di jalan, sedangkan ada korwil yang kesulitan tiket. Kita tidak membatasi pemesanan tiket oleh korwil, tapi harus jelas pendistribusiannya, karena kita ingin tiket ini sampai pada yang membutuhkan di anggota korwil,’’ yakin Abriadi.
Untuk itu, panpel Arema akan melakukan evaluasi secara bertahap untuk pendistribusin tiket oleh korwil. Menurut Abriadi, jika ada korwil yang jatah tiketnya berkurang atau dikurangi, maka akan dialihkan di loket di stadion Kanjuruhan.
‘’Kita tidak ada maksud apa-apa, namun agar tidak ada pihak yang dirugikan, baik panpel maupun Aremania tidak dirugikan, niatan kita tetap kerjasama dengan korwil,’’ sebut Sudarmaji yang sempat mengusulkan untuk laga big match, korwil membayar DP dan bisa tanpa DP untuk laga biasa.
Sekadar diketahui, sesuai draft distribusi tiket untuk korwil yang baru, DP dibayarkan 25 persen, sisanya harus diselasaikan pada hari H pertandingan, tepatnya satu jam setelah pertandingan. Jika bisa melaksanakan ketentuan ini, korwil mendapatkan komisi lima persen.
Namun jika sisa pembayaran dilakukan H+1 atau sehari setelah pertandingan, maka korwil hanya mendapatkan komisi 3 persen. Sedangkan untuk aturan yang lama, korwil melakukan pembayaran sehari setelah pertandingan, dengan komisi lima persen. Padahal manajemen Arema mengaku butuh uang hasil penjualan tiket ini untuk operasional pada hari pertandingan tersebut. (bua/avi) MalangPos

Memaknai Kembali Hakikat Korwil Aremania

Sudah menjadi rahasia umum dan sangat ironis, bahwa peran korwil Aremania yang sudah ada selama ini sering menimbulkan permasalahan di kalangan Aremania sendiri. Dengan embel-embel pengurus salah satu korwil, oknum Aremania sering memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi sehingga sering terjadi benturan kepentingan antar Aremania. Bahkan, premanisme sangat kental menyelimuti peranan korwil Aremania. Aremania yang berdomisili di Malang sudah sangat mahfum akan fenomena tersebut.
Aremania kala memadati Senayan (Foto: jalu/Soccer)
Aremania memang bisa menjadi senjata andalan yang bisa dimanfaatkan oleh seseorang untuk mencapai ambisinya di Malang Raya. Magnet Aremania mampu menghipnotis mayoritas masyarakat Malang Raya untuk membuat sebuah keputusan. Itulah alasan utama para oknum Aremania sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya  dengan memanfaatkan nama Aremania untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Oleh karena itulah, Aremania harus merapatkan kembali barisan agar tidak mudah dimanfaatkan oleh pihak manapun dan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk kemajuan Arema Indonesia.
Makna pendirian korwil Aremania adalah untuk memperkuat hubungan silaturahmi supporter, tim dan manajemen, sebagaimana ditegaskan oleh Siti Nurzanah, Direktur Bisnis PT. Arema Indonesia beberapa hari yang lalu. Selama ini, peran korwil Aremania yang paling nyata adalah distribusi tiket kepada para Aremania. Adanya oknum-oknum Aremania yang tidak bertanggung jawab sering memanfaatkannya untuk menyalurkannya kepada para calo. Aremania yang sudah terdaftar menjadi anggota resmi suatu korwil pun tidak bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan tiket laga home dari korwilnya sendiri. Ditengah kesulitan untuk mendapatkan tiket tersebut, hampir di sepanjang jalan menuju stadion, kita semua bisa menjumpai nawak-nawak yang menggunakan atribut Aremania yang lengkap (sungguh tidak pantas atribut Aremania digunakan oleh orang-orang seperti mereka) berdiri di pinggir jalan dengan dihiasi senyum manis menawarkan tiket pertandingan home dengan persediaan yang relatif banyak dan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga yang tertera di tiket. Siapakah mereka? Dari manakah mereka mendapatkan tiket tersebut? Pertanyaan tersebut sangat mudah untuk dijawab. Kita tidak memerlukan seorang auditor atau seorang intelijen untuk melakukan pemeriksaan guna menemukan jawabannya. Seorang siswa setingkat SLTP pun, ayas rasa mampu menemukan jawabannya.
Dalam tulisan ini, ayas tidak akan mengupas sisi negatif dari arti pendirian sebuah korwil yang sangat rentan dimanfaatkan oleh oknum-oknum Aremania. Tentunya di balik semua hal negatif tersebut, masih banyak sisi positif yang bisa kita optimalkan bersama demi kemajuan klub Arema Indonesia dan Aremania. Pemikiran positif inilah yang harus selalu kita tanamkan dalam diri kita masing-masing untuk menghadapi segala sesuatu yang menimpa Arema Indonesia sehingga kita semua mampu menjadi supporter sejati yang tidak akan pernah menghujat siapa pun ketika klub mengalami kekalahan, tidak akan besar hati ketika meraih kemenangan, ikhlas memberi dukungan dalam kondisi apapun, mampu menyumbangkan alternatif solusi ketika klub mengalami suatu masalah, mampu menyebarkan virus-virus positif kepada Aremania dan supporter lain, serta yang terpenting adalah mampu menempatkan kepentingan Arema Indonesia dan Aremania di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Menurut ayas, dengan berdirinya suatu korwil Aremania akan sangat membantu tim manajemen PT. Arema Indonesia untuk mewujudkan program-program kerjanya. Hal ini merupakan konsekuensi Arema Indonesia untuk menjadi klub profesional karena segala hal yang berhubungan dengan Arema Indonesia selalu membutuhkan dukungan Aremania. Ibaratnya seperti pengurus klub-klub plat merah yang harus memaparkan program-program kerjanya kepada para wakil rakyat karena nafas kehidupan klub tersebut sangat bergantung dengan persetujuan para wakil rakyat. Wakil rakyat pun sering membuat keputusan tanpa proses dengar pendapat dari rakyat yang diwakilinya sehingga jangan salahkan rakyat jika mereka tidak pernah ikhlas ketika mengeluarkan pajak karena untuk pajak tersebut harus dibayar dengan peluh keringat. Berikut ini adalah berbagai peluang yang mungkin bisa diperankan oleh korwil-korwil Aremania demi kemajuan klub Arema Indonesia dan Aremania itu sendiri, yaitu:
1. Konsorsium Korwil Aremania
Sebagai mana dikutip oleh Malang Post, Pembina Yayasan Arema menyatakan ‘’Siapa pun saja yang mau mendukung Arema, atau siapapun Aremania yang mau menanam saham ditempat kita, tentu kita akan terbuka, karena Arema juga menawarkan saham pada teman-teman, atau siapa pun yang mau membantu. Tentunya dengan menanam hari ini, tidak bisa langsung mendapatkan keuntungan. Ini lebih untuk membantu agar perusahaan ini betul-betul berjalan, dan kita akan terbuka dalam manajemen keuangan’’. Pernyataan tersebut merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para Aremania untuk membantu pendanaan PT. Arema Indonesia. Jika kita sering menghujat manajemen yang sering telat membayar DP kontrak, gaji, bonus pemain dan pelatih karena keterbatasan dana, maka marilah kita bersama-sama memberikan sumbangsih nyata kepada manajemen dengan melakukan pembelian saham semampu kita baik secara individu maupun melalui korwil. Jika kita merupakan individu Aremania yang diberi rezeki yang lebih, maka bisa membeli saham secara pribadi. Jika kita merupakan individu Aremania yang dikarunia rezeki yang cukup, maka mari kita bergabung dengan nawak-nawak Aremania yang lain untuk mengumpulkan dana tersebut untuk membeli saham. Jika masing-masing korwil sudah mengumpulkan dana untuk membeli saham dan ternyata masih sedikit, maka marilah kita membentuk konsorsium korwil Aremania yang berperan mengumpulkan dana dari berbagai korwil. Jika memang dari konsorsium korwil Aremania pun masih terkumpul dana yang relatif masih kecil, maka itulah cerminan pribadi Aremania yang ada saat ini. Sebagai supporter yang terkenal sangat fanatik, tentunya Aremania diharapkan mampu memberikan dukungan pendanaan yang maksimal demi kemajuan klub Arema Indonesia. Sekarang, layak kita tunggu prosedur seperti apa yang akan dilempar oleh manajemen terkait dengan penawaran saham perdana kepada masyarakat, khususnya kepada Aremania. Parameter kualitas loyalitas seorang supporter terhadap klub kesayangannya adalah seberapa besar dukungan yang mampu ia berikan bukan seberapa besar yang ia tuntut dan harapkan.
2. Ticketing
Adanya wacana penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) tiket pertandingan kandang Arema Indonesia sebesar Rp. 5000,- yang direkomendasikan oleh korwil sebagaimana dilansir Malang Post merupakan sebuah solusi untuk memberantas para calo. Menurut ayas, solusi tersebut masih memiliki kelemahan. Jika kita membeli tiket kepada seseorang yang harganya lebih besar Rp. 5000,- daripada harga yang tertera di tiket, maka uang sebesar Rp. 5000,- itu lari kemana? Jika semua tiket pada setiap laga home yang dicetak manajemen selalu terjual seharga Rp. 5000,- di atas harga resmi, maka uang sebesar Rp. 2.782.050.000,- (asumsi: 32.730 tiket x Rp. 5000,- x 17 laga home ISL semusim) akan bisa dinikmati oleh orang lain dan ujung-ujungnya pihak Arema Indonesia yang dirugikan. Uang sebesar itu tentunya bisa digunakan untuk mengcover biaya-biaya operasional klub. Kebocoran uang sebesar itu tentunya akan terus meningkat seiring keikutsertaan klub Arema Indonesia di berbagai ajang kompetisi dan tidak menutup kemungkinan akan semakin besar seiring keserakahan oknum-oknum menjual di atas HET ketika Arema Indonesia melawan tim-tim besar. Sebagai Aremania, ayas sangat ikhlas jika harus membayar lebih mahal asalkan dipastikan masuk ke rekening manajemen Arema Indonesia. Komitmen korwil Aremania sangat dibutuhkan dalam hal ini. Menurut ayas, korwil Aremania mampu menjadi agen tiket resmi yang membantu manajemen dalam mendistribusikan tiket kepada para Aremania dengan harga resmi sebagaimana tercantum dalam tiket. Jika memang manajemen ingin menambah pemasukannya, maka menaikkan harga tiket yang rasional dan penambahan kapasitas stadion adalah solusi yang lebih baik. Tolong, jangan manfaatkan loyalitas kami kepada klub Arema Indonesia untuk kepentingan pribadi karena loyalitas kami lahir dari nurani yang suci.
3. Koperasi Usaha
Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan program yang diluncurkan oleh pemerintah dalam memperkokoh perekonomian masyarakat yang akhir-akhir ini mulai terkikis dan digantikan oleh perusahaan-perusahaan raksasa dan menjamur di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Disadari atau tidak, perekonomian masyarakat kita mulai dilirik oleh negara lain yang berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya dari negara kita. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari perekonomian global. Bahkan, kegiatan sosial yang dilakukan oleh Perusahaan tersebut sangat minim dirasakan oleh masyarakat kita. Tidak heran sekarang muncul berbagai reaksi dari masyarakat menentang ekspansi besar-besaran perusahaan tersebut.
Premanisme di Malang Raya bisa dikategorikan relatif besar. Hampir setiap hari selalu ada perilaku kriminal yang terjadi di Malang Raya. Bahkan, sering kita jumpai berita-berita yang mengungkap bahwa alasan pelaku kriminal melakukan kriminalitas adalah untuk memperoleh uang demi menonton pertandingan Arema Indonesia. Selain itu, juga kitas sering menjumpai banyaknya copet beratribut Arema Indonesia yang melakukan aksinya di stadion. Apapun yang melandasi perbuatan mereka, kalau kita analisis bersama, alasan utamanya adalah krisis moral dan krisis ekonomi. Jika kita benar-benar menjiwai arti Aremania dan menggabungkannya dengan ilmu agama yang kita yakini, maka krisis moral tersebut mampu kita kendalikan. Jika krisis ekonomi yang menjadi alasan utamanya, maka kita semua perlu memberdayakan orang tersebut agar ekonominya lebih layak.
Melalui korwil Aremania ini, diharapkan muncul berbagai ide usaha yang bermanfaat bagi kita bersama. Dengan menggunakan filosofi usaha koperasi yang menguntungkan bagi seluruh anggotanya atau dengan bentuk usaha yang lainnya, diharapkan perekonomian Aremania akan lebih meningkat. Tentunya dalam sebuah korwil pasti kita jumpai individu yang memiliki rezeki lebih dan kurang mampu. Sinergi melalui sebuah kerjasama bisnis diantara Aremania diharapkan mampu membantu bagi nawak-nawak Aremania yang kurang mampu secara ekonomi serta mempererat tali kebersamaan di antara Aremania. Sebuah usaha bersama yang dijalankan oleh anggota korwil Aremania suatu wilayah akan memperkokoh perekonomian wilayah tersebut. Adanya dana menganggur dari manajemen PT. Arema Indonesia pun bisa disalurkan melalui unit usaha ini dengan bagi hasil yang saling menguntungkan. Jika semua korwil menjalankan program ini, maka tidak hanya bermanfaat bagi sesama Aremania dan klub Arema Indonesia saja, tetapi juga akan bermanfaat bagi masyarakat lain dan bangsa ini.
4. Jaringan Usaha
Tersebarnya Aremania di berbagai penjuru dunia dan bergelut di berbagai bidang usaha, tentunya diharapkan mampu membangun sebuah jaringan bisnis yang kuat di antara Aremania. Ayas yakin dengan kesuksesan Aremania di berbagai bidang memiliki korelasi positif terhadap kemajuan klub Arema Indonesia. Bukan tidak mungkin jika suatu saat kostum klub Arema Indonesia akan ditempeli berbagai perusahaan yang bersedia menjadi sponsor yang notabene pemilik perusahaan tersebut adalah para Aremania.
Masih banyak peluang yang bisa dioptimalkan dari pendirian sebuah korwil yang bisa kita kembangkan bersama. Tentunya nawak-nawak Aremania yang lain lebih paham dibandingkan dengan ayas. Intinya, marilah kita perankan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadikan kita sebagai Aremania dengan akting terbaik yang bisa kita lakukan. Setiap individu memang memiliki suatu ambisi untuk menjadi yang terbaik di antara individu yang lain. Di dunia Aremania, marilah kita bersama-sama untuk menjadi yang terbaik tanpa harus memanfaatkan Aremania yang lain. Aremania itu ada dan akan selalu ada untuk Arema Indonesia selama-lamanya. Salam satu jiwa, Arema Indonesia.

Jangan Manfaatkan Loyalitas Aremania Bung

Kompetisi ISL sudah berjalan dua pekan, dan di pekan ketiga adalah laga Home Arema FC di Kanjuruhan , laga yang di nanti-nanti banyak pihak terutama oleh para Aremania , Kepanjen dan sekitarnya akan membiru oleh lautan massa hanya untuk menyaksikan pertandingan Arema FC, kalau boleh jujur, mencari tiket pertandingan Arema adalah hal yang sulit, karena biasanya satu hari sebelum pertandingan tiket sudah di borong oleh korwil dan yang lebih hebatnya lagi sudah di borong oleh para Calo yang nantinya akan terjun langsung di hari H.
Pengorbanan Aremania memenuhi Nazar untuk Arema FC. Foto :Ongisnade
Hal ini tentu saja banyak dirasakan terutama oleh para Aremania kawasan Selatan yang jauh dari akses Informasi, jika di kawasan Utara atau Kota Aremania bisa memesan Ticket Online dari salah satu media Online Aremania, jauh sebelum pertandingan ticket sudah di Informasikan dan dapat di ambil pada hari H atau selambat-lambatnya 2 jam sebelum Kick off, lantas bagaimana yang ada di Kawasan Selatan? ini akan menjadi kendala,selain dari Korwil mereka hanya mengandalkan ticket dari Loket Stadion, sementara apa yang terjadi? pertandingan masih kurang satu jam lagi tiket sudah habis, tapi masih banyak di tangan Calo yang menawarkan tiket kepada Aremania yang sedang menuju stadion.
Aremania seakan menjadi Lahan Basah untuk mengeruk keuntungan
Harga standar Ticket Arema FC untuk kelas Ekonomi adalah Rp.25.000 itu kalau beli di Loket, tapi kalo di Calo bisa lebih dari itu, justru bisa 2 sampai 4 kali lipat jika Arema sedang menjalani Big Match, misal seperti melawan Persija, Persib, Persipura dan team-team unggulan lain.
Bandingkan dengan harga tiket di stadion Lain, Persija saja yang letaknya di Ibu kota dan bermain di GBK harga tiket hanya Rp.15.000, ini bukan masalah antusiasme penonton, di Jakarta Jakmania kurang gila gimana kalau persija main? masalahnya masih terkendala Ijin saja, dan unsur Loyalitas, jika di Malang harga Rp.50.000 pun bisa di bayar oleh Aremania asal bisa masuk stadion, entah nanti dapat kursi atau tidak, yang jelas masuk saja sudah alhamdulillah.
Dan menurut isu, saat Laga Away terakhir musim lalu di Jakarta kala Persija lawan Arema, harga yang diberlakukan kepada Aremania berbeda dengan Jakmania, patokan untuk Aremania adalah minimal Rp.25.000 sampai Rp.70.000 tidak di Loket tidak pula di Calo. Namun apa yang terjadi? tiket Ludes, dan justru Jakmania mendapat Porsi sedikit yang notabene adalah Tuan Rumah, tak pelak Jakmania hanya seperempat dari Kursi Gelora Bung Karno, mereka masuk setelah pertandingan sudah berjalan dan di babak kedua, itupun mereka kabarnya membeli dengan harga yang biasa di tetapkan kepada Jakmania sebesar Rp.15.000.
Aremania kini di jadikan ladang bisnis karena Loyalitas mereka, mohon maaf saja untuk Jakmania yang dulu banyak yang tidak bisa masuk stadion, karena tiket sendiri sudah di borong Aremania, dan pendukung Aremania sudah terbiasa masuk stadion minimal 2 Jam sebelum Kick Off, sehingga jika Kick Off pukul 15:30 maka jam 13:00 stadion sudah di pastikan penuh Oleh Aremania, mereka seperti itu karena belajar dari pengalaman, jika masuk pukul 15:00 jelas tiket sudah habis, masih ada sih tapi harga mahal, itupun tentu bisa di pastikan sudah tidak kebagian jatah di dalam stadion , yang ada hanyalah umpel-umpelan. Sementara saat di Senayan Jakmania mulai meng-Orange kan luar senayan sekitar Jam 15:00, Jakmania memang tau meski masuk mepet pasti dapat kursi karena kapasitas GBK yang luar biasa banyak di banding Kanjuruhan.
Melihat hal ini kenapa pemain Arema masih selalu saja mengalami keterlambatan Gaji?berita terbaru :
Salah satu pemain Arema mengatakan, ia belum menerima gaji selama empat setengah bulan, demikian pula dengan bonus kemenangan dari Bontang FC yang juga belum cair meski dijanjikan setelah pertandingan.
Menurut pemain yang lain, terakhir kali gaji yang dibayar adalah bulan Juli sesuai adendum kontrak sebelum final Piala Indonesia. Selain hutang dua bulan gaji kontrak lama, gaji kontrak baru untuk bulan Agustus dan September juga belum dibayar.
Pemain mengaku belum menerima kabar dari manajemen terkait penyelesaian gaji ini, sementara manajemen Arema sendiri mengaku terus berusaha semaksimal mungkin untuk membayar hak pemain.
Prakiraan Tanggungan Manajemen Arema
1. Sisa DP pemain asing: Rp 900 juta
2. Sisa DP pemain lokal: RP 1,98 miliar
3. Gaji musim lalu (pemain asing): Rp 562,5 juta
4. Gaji musim lalu (pemain lokal): Rp 850 juta
5. Gaji musim ini (pemain asing): Rp 550 juta
6. Gaji musim ini (pemain lokal): Rp 1,32 miliar
Total Tanggungan: Rp 6,16 miliar

Sumber: Malang Post, Selasa 5 Oktober 2010
Lantas kemana saja Dana Tiket dari Aremania selama ini? bukankah Aremania sudah terlalu mahal untuk Masuk Stadion? untuk Manajemen jangan manfaatkan Loyalitas Aremania untuk kepentingan individu Semata, dan mohon maaf jika tulisan ini salah, semoga tidak benar. Salam Satu Jiwa

0 komentar:

Posting Komentar